Senin, 24 Oktober 2011

Seorang Pengemis Muda di Tirau Bambu Rantai Hijau

aku diibaratkan ratapan
dalam hembusan angin yang merana
karena tidak ditemani debu
yang biasanya beterbangan
menyentuh haluan yang menghalangi
dinding kusam, kulit kusam, lampu buram
semuanya tak menyenangkan
sehingga
aku merindukan kicauan burung yang biasa hinggap d ranting
aku memang bagai pengemis
karena daku memang pengemis
di kegelapan tanpa kehijau-hijauan
aku memang kesepian
mendera naluri ususku yang terbelah
karna si hijau tak nampak
selalu aku memaki semak-semak belukar
karena tidak berdaya dalam mempertahankan kejantanan sang mata hikau
yaitu keteguhan bagi setiap makhluk-Nya
jangan herang karena semuanya pun akan seperti itu
hanya saja aku merana dalam keheningan malam tanpa arah yang pasti hingga menggetarkan debu yang tak disadari tertelan melalui pori-pori kulit
dan akhirnya aku terjerat untuk mencoba
namun tidak aku lakukan
karena si hijau nampak lebih berarti dari apa yang ia dapatkan
hanya keputusan akhir yang tak nampak namun coba dienyahkan sejadi-jadinya sebelum semuanya sirna sudah
aku mengmis karena si hijau tempat ku berteduh juga di tanah
pegang erat anganku hingga tiba waktuku untuk menyambut diriku dlam buaian seorang pngemis muda di tirau bambu rantai hijau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar