Date Sunday, 25 March 2012
Aku Ingin Mengerti part II
Arrogant
Don’t be arrogant man because that is killing you.
If u believe God see u, so u must be careful to take your life …
Do u know why? Because beside to God so to other who u can get strong in your live?
Sifat itu datang tiba-tiba dalam suaraku, aku tak bisa menatap namun hendak ku rasakan terlebih saat ini yang semuanya sudah terlambat karena aku telah bercerita. Penyesalan, rasa itu kini aku rasakan maka kadang lebih baik untuk tidak berkomunikasi daripada harus menguras hidupku karena aku ceritakan walaupun memang aku tidak menyakiti orang lain.
Yah … aku tahu ternyata aku tidak mau mendapatkan penilaian buruk dari orang lain terhadapku yang “katanya ingin kapuji” menurut persepsiku. Semua jelas bahwa I am arrogant man.
Apakah penyesalan itu sengaja dihadirkan sebagai konsekuensi diri untuk bisa mengenal siapa diri ini? Kalaupun memang begitu mengapa hal itu menjadi beban, bukankah itu bagus jika memang dapat menjadikan seseorang menyesal atas perbuatannya? Haruskah pula penyesalan itu selalu menghampiri diri yang menjadikan diri tidak kuasa untuk menghindari rasa itu?
Kepastian lah yang menjadikan diriku menerima saat ini, ya …. Kepastian bahwa satu ato beberapa jam ke depan ato beberapa hari ke depan ato beberapa minggu, ato sebulan, ato bertahun-tahun aku akan melupakan hal ini and live is gone …. To everywhere.
17.50 tepatnya, penyesalan itu mengering dalam ingatanku dan tidak menjadi lembab seperti yang aku duga sebelumnya. Kini ku rasakan bahwa hal itu mengalir mengaliri semua sendi otakku yang kini hilang, tak berbekas. Ini menunjukan bahwa sesuatu yang menjadi perkara menurut diriku karena semuanya berawal dariku dapat aku rasakan menghilang menjadi debu yang tak pernah bisa aku lihat secara kasat mata dan itulah yang sekarang aku rasakan. Jiwa memiliki ruangnya sendiri begitupun dengan diriku atas perasaanku yang mengatakan bahwa aku menyesal pada saat pagi hingga menjelang siang dan sekarang tidak terjadi lagi padaku.
Sekali lagi kepastian bahwa semuanya memiliki titik dan ruangnya masing-masing yang hinggap ‘sesaat’ namun kemudian menghilang, pergi, entah kata apa yang tepat untuk melengkapi seperti yang aku rasa-I saat ini. Bersyukurlah diriku kepada Tuhan yang tidak membiarkanku larut dalam keremangan atas penyesalan yang aku perbuat. Terimakasih Tuhan, terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar